Banten Girang adalah suatu tempat di desa Sempu, kota Serang. Letaknya sekitar 10 km di sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, di pinggiran kota Serang. Di tempat tersebut terdapat suatu situs purbakala, peninggalan kerajaan Sunda yang pernah ada antara tahun 932 dan 1030 Masehi.
Di Museum Nasional Indonesia di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut "arca Caringin"
karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-resisten Belanda di tempat
tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah Gunung Pulosari, dan terdiri dari satu dasar patung dan 5 arca berupa Shiwa Mahadewa, Durga, Batara Guru, Ganesha dan Brahma.
Coraknya mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-10. Oleh
karena itu, Gunung Pulosari dikaitkan dengan Banten Girang dan
diperkirakan merupakan tempat kramat kerajaan Sunda.
Menurut Sajarah Banten, sesampai di Banten Girang, Sunan Gunung Jati dan puteranya, Hasanuddin,
mengunjungi Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat kramat bagi
kerajaan. Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat
setempat, yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan
Banteng Girang secara militer. Kemudian dia menjadi raja dengan restu
raja Demak.
Dengan kata lain, Gunung Jati bukan mendirikan kerajaan baru, tapi
merebut tahta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten Girang.
Tahun 1526 kerajaan Demak
merebut pelabuhan Banten dan Banten Girang, dibantu Gunung Jati,
Hasanuddin dan Ki Jongjo. Hasanuddin naik tahta, menggantikan raja yang
dalam sumber Portugis dipanggil "Sanghyang" dan baru meninggal.
Peristiwa ini merupakan pendirian kerajaan Banten.
Hasanuddin memindahkan pusat kerajaan dari Banteng Girang ke pelabuhan
Banten. Namun sampai akhir abad ke-17 Banten Girang masih dipakai
sebagai tempat istirahat raja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar