Selasa, 15 Desember 2015

KESENIAN PENCAK SILAT BANDRONG


Pada waktu Sultan Maulana Hasanudin dinobatkan menjadi sultan di Banten ( 1552-1570 ), beliau mempunyai seorang patih yang bernama kiayi semar ( Ki semar ), beliau berasal dari kampong kemuning Desa tegal luhur . Sang patih pada hari jum�at selalu izin kepada sultan untuk kembali ke kampungnya karena pada hari tersebut ia berdagang daging kerbau di pasar Balagendong Desa Binuangeun ( dulu Kecamatan ). Pada suatu hari ketika Ki semar sedang berjualan dilapaknya tiba � tiba datanglah seseorang yang akan membeli dagangannya, orang itu bernama Kiayi Asyraf ( Ki Sarap ) tujuannya untuk membeli limpa atau sangket. Tapi oleh Ki Semar keinginan si pembeli di sepelekan karena dianggapnyaorang miskin tak akan mampu membeli sangket yang harganya sangat mahal, padahal Ki sarap sebenarnya ingin untuk membelinya. Karena Ki sarap memaksa untuk membeli sedangkan Ki semar tetap bertahan tidak mau menjualnya, sehingga suasana menjadi tegang, kemudian terjadilah pertangkaran mulut, dan akhirnya terjadilah bentrokan fisik.
Tangan Ki Sarap di kelit ditekuk dibelakang punggung, dan dengan angkuh serta melecehkan, Ki Semar mengatakan � tak mungkin orang miskin seperti kamu mampu membeli barang daganganku ini�. Ki sarap sangat marah disebut sebagai orang miskin tapi diam saja menahan amarah karena kejadian tersebut di tempat umum. Akhirnya dia pulang dengan tangan hampa tanpa membawa sangket yang diinginkannya, saat pikirannya dipenuhi perasaan tersinggung oleh ucapan Ki semar yang sangat menyakitkan hatinya, kemudian timbulah rencana untuk menghadang Ki semar dalam perjalanan pulang kerumahnya nanti.

Sekitar pukul 10.00 siang ketika itu para pedagang dipasar mulai bubar dan Ki semar mulai beranjak pulang menuju rumahnya di kampong kemuning, ia berjalan tergesa � gesa karena pada hari itu ia harus mengejar sholat jum�at berjamaah. Di tempat yang sepi antara Balagendong dan kampong kemuning, tiba � tiba muncul Ki Sarap di tengah jalan menhadang Ki Semar, saat itu Ki Sarap yang hatinya sudah dipenuhi kemarahan tanpa basa - basi lagi langsung menyerang Ki Semar berusaha membela dirinya sehingga terjadilah adu kekuatan ilmu kemonesan / kesaktian.

Kemudian masing � masing mengeluarkan ilmu ketangkasan dan kehebatannya, memang mereka berdua sama � sama kuat, tangkas dan sakti kanuragan. Perkelahian antara keduanya itu berlangsung sejak jam 11.00 siang sampai jam 18.00 sore menjelang magrib. Ki sarap telah mengeluarkan seluruh kemampuannya, semua jurus, kelit, seliwa kurung, lima pukul, sepak kombinasi, sodok dan seribu satu langkah telah dikeluarkannya. Tapi Ki Semar juga sama tangguhnya, setiap kali kena benturan pukulankeras Ki Sarap, setiap kali itu pula benturannya mengeluarkan suara seperti gendring dan juga mengeluarkan kilatan api dari tubuh Ki Semar.

Begitu pula Ki sarap yang tangguh, beliau menguasai ilmu pencak silat bandrong, tubuhnya sama sekali tak dapat di sentuholeh serangan � serangan Ki semar yang datang beruntun seperti air bah. Pencak silat bandrong sangat ampuh sebab dalam langkah dan jurusnya terdapat banyak versi dan variari pukulan, mampu berkelit dari pukulan atau tendangan musuh, bacokan golok, tusukan pisau atau senjata apapun, seorang pesilat bandrong akan dapat berkelit dengan sangat indah, licin dan gesit luar biasa. Bahkan serangan baliknya sangat membahayakan bagi lawan � lawanya.

Semakin keras serangan musuhnya, semakin keras pula jatuhnya, bahkan pesilat bandrong dapat menawarkan kepada musuhnya ingin jatuh terlentang atau telungkup bahkan terpelanting, hal seperti ini akan membuat musuh � musuhnya kewalahan. Peristiwa itu memang luar biasa, keduanya ternyata sama � sama sakti Ki semar sangat kebal pukulan, Ki sarap sangat licin bagai belut dan tangkas menyerang seperti ikan bandrong yang melesat terbang dan menukik. Ketika alam mulai gelap mendekati waktu magrib, tiba � tiba Ki sarap menghadapkan tubuhnya kearah kiblat kepalanya menengadah kelangit bermunajat dan istighosah kepada Allah SWT, setelah selesai berdo�a terlihat kakaknya yang bernama Ki ragil sedang duduk di pelepah pohon aren yang tinggi, agaknya sudah lma dia memperhatikan pertarungannya.

Melihat itu Ki Sarap pun berteriak � kakak ! sudah sejak pagi hingga sore aku bertarung melawan orang ini, tapi belum ada yang kalah� . Ki Ragil pun bertanya : � Apa kamu sudah lelah atau kewalahan ?�, hai adikku, ini ambillah golokku tebaslah leher musuhnmu � ujar Ki ragil sambil menjatuhkan goloknya. Kemudian Ki sarap mengambil golok itu dan menebas leher Ki semar, dengan sekali tebas kepala Ki semarpun terpental puluhan meter, lalu kepala itu berputar seperti gangsing kemudian menghujam kedalam tanah. Hingga saat ini tempat kepala terkubur yaitu dipinggir sungai di tepi hutan antara balagendong dan kampung kemuning menjadi tempat yang sepi dan kabarnya angker banyak gangguan mahluk halus hingga sekarang ini.

Usai sudah pertandingan hebat itu yang dimenangkan oleh Ki sarap, kemudian masyarakat yang menyaksikan adu kekuatan itu segera mengangkat tubuh Ki semar yang tanpa kepala dibawa kekampung untuk di urus sebagaimana mestinya dan kemudian dimakamkan dikampung kemuning desa tegal luhur. Ter siarnya kabar tentang kematian Ki semar yang saat itu menjabat sebagai senopati tanah banten, merupakan berita yang menghebohkan dan berita itu dibicarakan dihampir semua tempat orang berkumpul membicarakan tentang kejadian tersebut dan sampailah berita tersebut kepada Sultan Maulana Hasanudin di Banten. Mendengar berita tersebut Sultan sangat terkejut dan marah, kemudian memerintahkan kepada punggawanya untuk menangkap Ki Sarap yang di anggap sebagai pembunuh Ki Semar sang senopati Banten.



Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/jukisan/bandrong-ing-cilegon_55201153a333113c31b6709e
Kota Cilegon telah memiliki tarian selamat datang di Kota Cilegon yang diberi nama tarian Bandrong Ing Cilegon. Tarian ini dikukuhkan dan diresmikan di Gedung Sanggar Seni Budaya Kule Sendaten Cilegon Mandiri oleh pemerintah Kota Cilegon, April 2012 yang lalau. Acara launching yang dipadukan dengan acara workshop tarian Bandrong Ing Cilegon ini diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan resmikan oleh Wakil Walikota Cilegon H.Edi Ariadi, disaksikan oleh Kepala Disbudpar Propinsi Banten, serta segenap pegelola sanggar-sanggar seni dan seniman se-Kota Cilegon. Dalam sambutannya, Wakil Walikota Cilegon H.Edi Ariadi mengatakan bahwa Cilegon mempunyai ragam kesenian tradisional yang cukup banyak, dan itu merupakan asset budaya yang harus tetap dipelihara.“Kita harus jaga dan kita kembangkan. Karena Budaya adalah jati diri bangsa,” tuturnya. Tarian selamat datang “Bandrong Ing Cilegon” ini menurut Wakil walikota, merupakan sebuah langkah yang sangat baik dalam upaya mempertahankan kesenian tradisional khususnya seni tari tradisi.“Selama ini kita memang belum memiliki tarian selamat datang, seperti halnya Kota dan kabupaten lain di Indonesia,“jelasnya. Lebih lanjut, Mantan Sekda Kota Cilegon ini mengatakan, Pemerintah Kota Cilegon menyambut baik dan memberikan apresiasi atas launchingnya tarian Bandrong Ing Cilegon ini. “Saya atas nama pemerintah Kota Cilegon menyambut baik dan memberikan apresiasi atas di launchingnya tarian ini, sebagai tarian penyambutan atau tarian selamat datang Kota Cilegon.Melalui Kegiatan Workshop ini, saya juga harapkan dapat memberikan manfaat bagi para guru tari, instruktur sanggar,komunitas seni lainnya dan tentunya juga bagi para paguron di Kota Cilegon,”tuturnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cilegon Ibnu Hajar mengatakan bahwa, maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan tarian selamat datang “Bandrong Ing Cilegon” kepada para pelaku seni di Kota Cilegon,dan meningkatkan apresiasi seni para pelaku dan penggiat seni di Kota Cilegon terhadap seni tradisional. Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Bidang Destinasi Disbudpar Provinsi Banten, Sapta Gunawan, dalam sambutannya yang mewakili Kepala Disbudpar Banten mengatakan bahwa dengan dijadikannya bandrong menjadi tarian selamat datang Kota Cilegon, hal itu adalah termasuk wujud kecintaan kepada seni budaya Banten khususnya seni budaya Cilegon. "Hal ini harus terus disosialisasikan dan terus dilakukan pembinaan agar menjadi contoh bagi seluruh kabupaten dan kota se-Banten, khususnya yang belum memiliki tarian selamat datang," katanya. Seusai acara, Heni Anita Susila mewakili kepala disbudpar Cilegon dalam wawancaranya dengan BCO mengatakan bahwa rencana kesenian bandrong ini akan dijadikan sebgagai tarian selamat datang di Kota Cilegon sudah sejak tahun 2011, karena berbagai hal maka baru di launching tahun ini. Menurut Heni, sebenarnya bandrong bukanlah sebuah tarian, akan tetapi sebuah aliran pencak silat, dengan sedikit midivikasi maka jadilah sebuah tarian tanpa menghilangkan aliran dari bandrong tersebut. Masih menurut Heni, yang melatar belakangi hal tersebut adalah karena pencak silat aliran bandrong adalah khas pencak silat Banten dan mayoritas 90% peguron pencak silat di Cilegon beraliran bandrong. "Maka disbudpar Cilegon terinspirasi untuk menjadikan bandrong sebagai tarian selamat datang di kota Cilegon," jelas Heni. Sementara itu, workshop tarian bandrong ing Cilegon dalam acara tersebut menghadirkan narasumber dari Badan Pembina Olahraga Krakatau steel Wisnu Kuncoro yang juga merupakan koordinator tim pembuatan tarian bandrong ing Cilegon menyampaikan tentang konsep dari tarian tersebut, dasar dari karya sebuah tarian, aspek-aspek dari gerak dasar, irama, dan juga melihat dari aspek kostumnya. Menurutnya gerak dasar ini berasal dari jurus-jurus pencak silat aliran bandrong, sehingga butuh penataan irama gerak dan tabuhan yang mengiringi gerak tari itu sendiri. "Harapannya kesenian ini menjadi pintu masuk bagi generasi muda Banten khususnya Cilegon untuk menggeluti seni bandrong itu sendiri, yang merupakan seni budaya asli Banten," terang Wisnu. (*) Penulis Juki San

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/jukisan/bandrong-ing-cilegon_55201153a333113c31b6709e
Kota Cilegon telah memiliki tarian selamat datang di Kota Cilegon yang diberi nama tarian Bandrong Ing Cilegon. Tarian ini dikukuhkan dan diresmikan di Gedung Sanggar Seni Budaya Kule Sendaten Cilegon Mandiri oleh pemerintah Kota Cilegon, April 2012 yang lalau. Acara launching yang dipadukan dengan acara workshop tarian Bandrong Ing Cilegon ini diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan resmikan oleh Wakil Walikota Cilegon H.Edi Ariadi, disaksikan oleh Kepala Disbudpar Propinsi Banten, serta segenap pegelola sanggar-sanggar seni dan seniman se-Kota Cilegon. Dalam sambutannya, Wakil Walikota Cilegon H.Edi Ariadi mengatakan bahwa Cilegon mempunyai ragam kesenian tradisional yang cukup banyak, dan itu merupakan asset budaya yang harus tetap dipelihara.“Kita harus jaga dan kita kembangkan. Karena Budaya adalah jati diri bangsa,” tuturnya. Tarian selamat datang “Bandrong Ing Cilegon” ini menurut Wakil walikota, merupakan sebuah langkah yang sangat baik dalam upaya mempertahankan kesenian tradisional khususnya seni tari tradisi.“Selama ini kita memang belum memiliki tarian selamat datang, seperti halnya Kota dan kabupaten lain di Indonesia,“jelasnya. Lebih lanjut, Mantan Sekda Kota Cilegon ini mengatakan, Pemerintah Kota Cilegon menyambut baik dan memberikan apresiasi atas launchingnya tarian Bandrong Ing Cilegon ini. “Saya atas nama pemerintah Kota Cilegon menyambut baik dan memberikan apresiasi atas di launchingnya tarian ini, sebagai tarian penyambutan atau tarian selamat datang Kota Cilegon.Melalui Kegiatan Workshop ini, saya juga harapkan dapat memberikan manfaat bagi para guru tari, instruktur sanggar,komunitas seni lainnya dan tentunya juga bagi para paguron di Kota Cilegon,”tuturnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cilegon Ibnu Hajar mengatakan bahwa, maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan tarian selamat datang “Bandrong Ing Cilegon” kepada para pelaku seni di Kota Cilegon,dan meningkatkan apresiasi seni para pelaku dan penggiat seni di Kota Cilegon terhadap seni tradisional. Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Bidang Destinasi Disbudpar Provinsi Banten, Sapta Gunawan, dalam sambutannya yang mewakili Kepala Disbudpar Banten mengatakan bahwa dengan dijadikannya bandrong menjadi tarian selamat datang Kota Cilegon, hal itu adalah termasuk wujud kecintaan kepada seni budaya Banten khususnya seni budaya Cilegon. "Hal ini harus terus disosialisasikan dan terus dilakukan pembinaan agar menjadi contoh bagi seluruh kabupaten dan kota se-Banten, khususnya yang belum memiliki tarian selamat datang," katanya. Seusai acara, Heni Anita Susila mewakili kepala disbudpar Cilegon dalam wawancaranya dengan BCO mengatakan bahwa rencana kesenian bandrong ini akan dijadikan sebgagai tarian selamat datang di Kota Cilegon sudah sejak tahun 2011, karena berbagai hal maka baru di launching tahun ini. Menurut Heni, sebenarnya bandrong bukanlah sebuah tarian, akan tetapi sebuah aliran pencak silat, dengan sedikit midivikasi maka jadilah sebuah tarian tanpa menghilangkan aliran dari bandrong tersebut. Masih menurut Heni, yang melatar belakangi hal tersebut adalah karena pencak silat aliran bandrong adalah khas pencak silat Banten dan mayoritas 90% peguron pencak silat di Cilegon beraliran bandrong. "Maka disbudpar Cilegon terinspirasi untuk menjadikan bandrong sebagai tarian selamat datang di kota Cilegon," jelas Heni. Sementara itu, workshop tarian bandrong ing Cilegon dalam acara tersebut menghadirkan narasumber dari Badan Pembina Olahraga Krakatau steel Wisnu Kuncoro yang juga merupakan koordinator tim pembuatan tarian bandrong ing Cilegon menyampaikan tentang konsep dari tarian tersebut, dasar dari karya sebuah tarian, aspek-aspek dari gerak dasar, irama, dan juga melihat dari aspek kostumnya. Menurutnya gerak dasar ini berasal dari jurus-jurus pencak silat aliran bandrong, sehingga butuh penataan irama gerak dan tabuhan yang mengiringi gerak tari itu sendiri. "Harapannya kesenian ini menjadi pintu masuk bagi generasi muda Banten khususnya Cilegon untuk menggeluti seni bandrong itu sendiri, yang merupakan seni budaya asli Banten," terang Wisnu. (*) Penulis Juki San

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/jukisan/bandrong-ing-cilegon_55201153a333113c31b6709e

Tidak ada komentar:

Posting Komentar